Aku selalu berusaha menolak kalau sahabatku itu memberi sedekahnya buat Arul anakku. Rasanya tidak tega, melihat dia yang juga pas-pasan hidupnya tentu sebetulnya dia lebih membutuhkan. Separah-parahnya keadaanku masih ada adik-adikku yang memperhatikan kebutuhan keponakannya. Tetapi kalau dia? Aku tahu dia juga susah payah menyambung hidupnya.Tetapi satu hal yang dia selalu bilang, dia sering memintaku berbagi pahala.
“Aku juga ingin menyantuni anak yatim, mbak! Berbagilah pahala denganku, Mbak” Kalau sudah begitu aku selalu menyerah dan menerima santunannya.
Kemarin aku juga terpaksa meminta bantuan teman dunia maya yang bertemu saja belum pernah untuk mengurus suatu hal dan lagi-lagi kudengar tentang berbagi pahala ini. Aku sering merasa sedih sekali karena harus merepotkan orang lain, tapi kadang ketidakberdayaanku memaksaku melakukannya. Hidup sendirian dengan anak-anak, tanpa suami, pasti banyak hal tidak bisa kuhandle sendiri. Kadang konslet listrik, motor rusak, air macet, laptop ngadat dan masih banyak lagi, tentulah akhirnya merepotkan orang lain untuk membantuku.Apalagi saat ini lagi isoman, tentu semakin banyak merepotkan orang lain.
Sampai disuatu titik aku tidak tahu lagi harus bagaimana mengucapkan terima kasih atas segala kerepotan yang kubebankan, hingga seseorang mengingatkanku dan membuatku berpikir.Beliau berkata, jangan pernah merasa merepotkan orang lain karena sesungguhnya kita sedang memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat baik. Tangan-tangan kebaikan yang akan bekerja membalasnya dengan pahala kebaikan berlipat-lipat. Tanpa sepengetahuan kita. Entahlah aku belum sepenuhnya mampu mencerna kalimat-kalimat itu, tetapi aku paham maksudnya.
Akhirnya ketika kebaikan datang bertubi-tubi, aku hanya bisa berdoa. Semoga Allah segera memberikan balasan dengan cepat tanpa lama lewat tangan-tangan kebaikan yang lain.
